Gallery

Senin, 09 September 2019

Definisi,prinsip kerja,sumber energi dan potensi PLTN di Indonesia

Definisi PLTN
PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Tenaga nuklir pertama kali dikenal ketika perang dunia II pada tahun 1945. Setelah itu tenaga nuklir dikembangkan dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak mencemari lingkungan.
Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200 MWe. Sampai tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia.

Sumber Energi PLTN
            Sumber bahan baku energi nuklir, yaitu uranium dan thorium
Uranium-235 adalah isotop uranium yang penting di samping uranium-238. Hanya 0,72% uranium alami yang adalah uranium-235, yang memiliki waktu paruh 7,038 x 108 tahun. Uranium-235 juga digunakan sebagai sumber utama penghasil neutron dalam reaksi nuklir, yang mana neutron-neutron ditembakkan ke arah uranium-238, dalam hal ini untuk membuat/memproduksi plutonium.Uranium-235 dan plutonium-239 digunakan sebagai bahan bakar (fisi nuklir), dalam reaktor nuklir dan bom nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan uranium hingga 74.000 ton di dalam tanah, tapi tak bisa diambil karena terhambat regulasi perundang undangan.
Torium ditemukan pada tahun 1829 oleh ahli mineral amatir Norwegia Morten Thrane Esmark dan diidentifikasi oleh ahli kimia Swedia Jöns Jacob Berzelius, yang menamainya dari Thor, dewa guntur Norwegia. Kegunaan pertamanya dikembangkan pada akhir abad ke-19. Radioaktivitas torium diakui secara luas selama dekade pertama abad ke-20. Pada paruh kedua abad ini, torium telah digantikan dalam berbagai situasi karena muncul kekhawatiran mengenai sifat radioaktifnya.
Torium sebelumnya digunakan sebagai unsur paduan dalam pengelasan TIG elektroda, sebagai bahan dalam instrumen optik dan teknologi canggih, dan sebagai sumber cahaya pada perangkat lampu gas,tapi kemudian penggunaannya semakin sedikit. Torium telah diusulkan sebagai pengganti uranium untuk bahan bakar nuklir reaktor nuklir, dan beberapa reaktor torium telah dibangun.

Prinsip kerja PLTN

Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTU mendapatkan suplai panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi. Sedangkan PLTN mendapatkan suplai panas dari dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir reaksi nuklir, tetapi.tenaga panas tersebut digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap ( Steam Generator) dan selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk menggerakkan turbingenerator sebagai pembangkit tenaga listrik. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi.
Proses pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat yang dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO2, SO2, NOx ke lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN sebelum dilakukan penyimpanan secara lestari.
   Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai berikut :
· Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk  panas yang sangat besar.
· Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
· Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).
· Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik.

Potensi PLTN di Indonesia
Saat ini Indonesia hanya memiliki reactor yang digunakan sebagai  penelitian dengan kapasitas 10MW memang bukan langkah awal yang buruk namun sangat disayangkan apabila masyarakat banyak mengkampanyekan anti PLTN(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) dan pemerintah juga belum cukup berani untuk mengaplikasikan PLTN di Indonesia pada tahun 2017 Indonesia menolak tawaran pembangunan PLTN dari Rusia. Sementara Indonesia memiliki potensi uranium yang cukup tinggi yaitu 53.000 ton potensial di wilayah Bangka, Kalimantan, serta di Papua Barat hal ini akan menjadi asset berharga bagi Indonesia yang harus segera dimanfaatkan dan jangan sampai diekspor kenegara lain.
 Kekhawatiran akan ancaman dari bahaya pengembangan reactor nuklir menjadi alasan Indonesia saat ini masih berpikir berkali-kali untuk membangun PLTN, adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus yang tentunya ini menjadi bahan utama pertimbangan bagi peniliti untuk melakukan studi mengenai lokasi yang cocok, dan studi ini sedang berlangsung oleh BATAN(Badan Tenaga Atom Nasional)  berkerja sama dengan Japan Atomic Energy Agency (JAEA) yang merekomendasikan beberapa tempat seperti di Gunung Muria, Bangka, Kalimantan dan Madura dan hingga saat ini studi tersebut masih berlangsung. Terkadang, rasa takut yang membuat pikiran warga masyarakat Indonesia yang menghambat untuk maju. Seharusnya jika Indonesia ingin bangkit, maka harus berani mengambil resiko. Resiko yang ditimbulkan bisa diupayakan dengan mencontoh negara-negara yang sudah dulu menggunakannya.

0 komentar:

Posting Komentar