Definisi PLTN
PLTN
adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa
reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama
dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, menggunakan uap bertekanan tinggi
untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik.
Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah
PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti
Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Tenaga
nuklir pertama kali dikenal ketika perang dunia II pada tahun 1945. Setelah itu
tenaga nuklir dikembangkan dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir untuk membangkitkan tenaga listrik yang
relatif murah, aman dan tidak mencemari lingkungan.
Daya
sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN
yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200
MWe. Sampai tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara
keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia.
Sumber Energi PLTN
Sumber
bahan baku energi nuklir, yaitu uranium dan thorium
Uranium-235 adalah isotop uranium yang penting
di samping uranium-238. Hanya 0,72%
uranium alami yang adalah uranium-235, yang memiliki waktu paruh 7,038 x 108 tahun.
Uranium-235 juga digunakan sebagai sumber utama penghasil neutron dalam reaksi
nuklir, yang mana neutron-neutron ditembakkan ke arah uranium-238, dalam hal ini
untuk membuat/memproduksi plutonium.Uranium-235
dan plutonium-239 digunakan
sebagai bahan bakar (fisi nuklir), dalam
reaktor nuklir dan bom nuklir Badan Tenaga
Nuklir Nasional (Batan) mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan uranium
hingga 74.000 ton di dalam tanah, tapi tak bisa diambil karena terhambat regulasi
perundang undangan.
Torium
ditemukan pada tahun 1829 oleh ahli mineral amatir Norwegia Morten Thrane Esmark dan diidentifikasi oleh ahli
kimia Swedia Jöns Jacob Berzelius, yang menamainya dari Thor, dewa guntur Norwegia. Kegunaan pertamanya
dikembangkan pada akhir abad ke-19. Radioaktivitas torium diakui secara luas
selama dekade pertama abad ke-20. Pada paruh kedua abad ini, torium telah
digantikan dalam berbagai situasi karena muncul kekhawatiran mengenai sifat
radioaktifnya.
Torium sebelumnya digunakan sebagai
unsur paduan dalam pengelasan TIG elektroda, sebagai bahan dalam instrumen
optik dan teknologi canggih, dan sebagai sumber cahaya pada perangkat lampu
gas,tapi kemudian penggunaannya semakin sedikit. Torium telah diusulkan sebagai
pengganti uranium untuk bahan bakar nuklir reaktor nuklir, dan beberapa reaktor
torium telah dibangun.
Prinsip kerja PLTN
Proses
kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah
dikenal secara luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu
adalah sumber panas yang digunakan. PLTU mendapatkan suplai panas dari
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi. Sedangkan PLTN
mendapatkan suplai panas dari dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan
fisil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir reaksi nuklir, tetapi.tenaga panas
tersebut digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap (
Steam Generator) dan selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk
menggerakkan turbingenerator sebagai pembangkit tenaga listrik. Sebagai
pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus
selama PLTN beroperasi.
Proses
pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam
berat yang dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel yang berbahaya
seperti CO2, SO2, NOx ke lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan pembangkit
listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari
pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen
bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN sebelum dilakukan
penyimpanan secara lestari.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi
energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya memanfaatkan energi panas yang
timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras reaktor akan
dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas
hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde
ratusan hingga ribuan MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk
menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai berikut :
·
Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam
bentuk panas yang sangat besar.
·
Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin,
bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang
digunakan.
·
Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi
gerak (kinetik).
·
Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator
sehingga dihasilkan arus listrik.
Potensi PLTN di Indonesia
Saat
ini Indonesia hanya memiliki
reactor yang digunakan sebagai penelitian
dengan kapasitas 10MW memang bukan langkah awal yang buruk namun sangat
disayangkan apabila masyarakat banyak mengkampanyekan anti PLTN(Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir) dan pemerintah juga belum cukup berani untuk mengaplikasikan
PLTN di Indonesia pada tahun 2017 Indonesia menolak tawaran pembangunan PLTN
dari Rusia. Sementara Indonesia memiliki potensi uranium yang cukup tinggi
yaitu 53.000 ton potensial di wilayah Bangka, Kalimantan, serta di Papua Barat
hal ini akan menjadi asset berharga bagi Indonesia yang harus segera
dimanfaatkan dan jangan sampai diekspor kenegara lain.
Kekhawatiran akan ancaman dari
bahaya pengembangan reactor nuklir menjadi alasan Indonesia saat ini masih
berpikir berkali-kali untuk membangun PLTN, adanya bencana alam seperti gempa
bumi, tsunami, dan gunung meletus yang tentunya ini menjadi bahan utama
pertimbangan bagi peniliti untuk melakukan studi mengenai lokasi yang cocok,
dan studi ini sedang berlangsung oleh BATAN(Badan Tenaga Atom Nasional)
berkerja sama dengan Japan Atomic Energy Agency (JAEA) yang
merekomendasikan beberapa tempat seperti di Gunung Muria, Bangka, Kalimantan
dan Madura dan hingga saat ini studi tersebut masih berlangsung. Terkadang, rasa takut
yang membuat pikiran warga masyarakat Indonesia yang menghambat untuk maju.
Seharusnya jika Indonesia ingin bangkit, maka harus berani mengambil resiko.
Resiko yang ditimbulkan bisa diupayakan dengan mencontoh negara-negara yang
sudah dulu menggunakannya.
0 komentar:
Posting Komentar